PARADIGMA PEMBELAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat telah merubah paradigma sistem dan metode pembelajaran. Mahasiswa sebagai pebelajar dituntut untuk menguasai materi pembelajaran yang diukur dengan kompetensi. Di sisi lain pergeseran paradigma sistem pengajaran juga muncul pada transfer ilmu pengetahuan yang pada mulanya lebih menekankan pada proses mengajar (teaching), berbasis pada isi (content base), bersifat abstrak dan hanya untuk golongan tertentu dan pada proses ini pengajaran cenderung pasif.



Saat ini pendidikan mulai bergeser pada proses belajar (learning), berbasis pada masalah (case base), bersifat kontekstual dan tidak terbatas hanya untuk golongan tertentu sehingga pelajar dituntut untuk lebih aktif mempelajari dan mengembangkan materi pelajaran dengan mengoptimalkan sumber-sumber lain.

Pengeseran paradigma sistem pembelajaran melahirkan metode-metode baru yang berbasis pada teknologi informasi. Salah satu implementasi sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi adalah dengan memanfaatkan teknologi internet yang membentuk sistem pembelajaran berbasis web. Penerapan teknologi dalam pembelajaran perlu dikaji lebih mendalam agar memberikan peranan dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja perubahan-perubahan paradigma yang terjadi dalam suatu pembelajaran.
C. Permasalahan
1. Bagaimanakan pembelajaran tradisional itu?
2. Bagaimanakah pembelajaran modern itu?
3. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada pembelajaran tradisional menjadi pembelajaran modern?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pembelajaran Tradisional (Trasitional Learning)
Pembelajaran tradisional merupakan pembelajaran di mana secara umum pusat pembelajaran pada guru. Jadi di sini guru berperan sebagai pengajar dan pendidik dan cenderung aktif di mana siswa hanyalah sebagai objek dari pendidikan
Sistem pembelajaran tradisional dicirikan dengan bertemunya antara pebelajar dan pengajar untuk melakukan proses belajar mengajar. Metode ini sudah berlangsung sejak dahulu hingga saat ini guna memenuhi tujuan utama pengajaran dan pembelajaran. Metode ini menghadapi kendala yang berkaitan dengan keterbatasan tempat, lokasi dan waktu penyelenggaraan dengan semakin meningkatnya aktifitas pelajar/mahasiswa dan pengajar/Dosennya.
Pendekatan atau model pembelajaran tradisional cenderung berasumsi bahwa siswa memiliki kebutuhan yang sama, dan belajar dengan cara yang sama pada waktu yang sama, dalam ruang kelas yang tenang, dengan kegiatan materi pelajaran yang terstruktur secara ketat dan didominasi oleh guru. Padahal, pendekatan atau pembelajaran tradisional rasanya sukar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Model pembelajaran tradisional yang sekarang banyak diterapkan, cenderung kurang memperhatikan kelangsungan pengalaman siswa yang diperoleh dalam kehidupan keluarganya. Hal seperti ini bertentangan dengan karakter usia sekolah dasar. Siswa sekolah dasar masih mendambakan berlangsungnya pengalaman di lingkungan keluarga dapat dialami pula di sekolah.
B. Pembelajaran Modern (New Learning)
Strategi dan metode yang digunakan dirancang sesuai degan tujuan dan sasaran Program Studi yang mengacu pada sistem antara lain:
• Adanya keterlibatan antara siswa dan guru dalam proses belajar mengajar,
• Terdapat pelaksanaan dan format kegiatan belajar mengajar,
• Bahan-bahan kuliah yang diberikan selalu up to date,
• Kesiapan alat bantu kegiatan pembelajaran,
• Metode dan teknik penyajian yang baik
Proses pembelajaran menggunakan komunikasi 2 (dua) arah sehingga memungkinkan siswa untuk berdiskusi dengan guru. Peluang untuk melakukan diskusi cukup besar karena rasio guru dan siswa sudah mencukupi (1:10) dan guru selalu berusaha menciptakan suasana yang kondusif untuk proses diskusi. Untuk meningkatkan pemahaman materi sebagian besar guru memberikan tugas untuk dikerjakan secara mandiri dan kelompok yang disertai dengan penerapan teknologi seperti mencari informasi di media elektronik, cetak dan internet.
C. Perbedaan Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran Modern
1. Pusat pembelajaran
Pada pembelajaran tradisional berpusat pada guru atau disebut dengan Teacher Centered. Di sini proses pembelajaran tergantung pada guru. Guru bertugas mengajar dan memberi pengetahuan kepada para siswa, sedangkan siswa hanya mendengarkan saja. Jadi di sini, siswa bersifat pasif karena yang penting bagi siswa adalah mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru. Siswa dianggap tidak memiliki pengetahuan lain selain yang diajarkan oleh guru. Jadi guru di sini terkadang dianggap yang “paling pintar” dan menganggap siswa-siswanya ini tidak tahu apa-apa bila tidak mendapatkan pelajaran dari gurunya. Siswa kurang dapat berekspresi karena semua informasi yang diperoleh harus dari guru. Tidak ada dorongan untuk membuat para siswanya untuk berpikir kritis untuk menemukan pemecahan masalahnya sendiri dan siswa harus menurut pada apa yang diajarkan oleh gurunya tanpa memikirkan bahwa mungkin saja apa yang diterangkan oleh gurunya itu belum tentu benar.
Realitanya yang terjadi dan dialami oleh penulis sendiri adalah bahwa ada kalanya seorang guru mengajar sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki. Terkadang ada saat-saat di mana seorang guru mungkin saja berlaku salah. Permasalahannya, bila didasarkan pada pusat pembelajaran adalah pada guru, guru terkadang berpikir bahwa ialah yang paling benar dan siswa-siswanya dianggap benar bila memiliki pemikiran yang sama dengan pemikiran guru tersebut. Guru yang masih berpikiran klasik ini, maka dia akan sulit untuk menerima berbagai bentuk protes maupun kritikan yang datang dari para siswanya. Sehingga hal ini tentunya menjadi masalah bagi siswa-siswa yang kritis dan memiliki kemampuan berpikir tinggi.
Berbeda dengan pembelajaran tradisional, pembelajaran modern berpusatkan pada siswa. Hal ini siswa berfungsi sebagai subjek dalam pembelajaran dan guru hanya merupakan fasilitator yang membimbing dan mengarahkan para siswanya agar dapat menemukan pemecahan terhadap suatu permasalahan dalam proses pembelajaran. Namun, di sini bukan berarti guru hanya pasif dan tak melakukan apapun. Di sini justru tugas seorang guru lebih berat. Mengapa? Mungkin saja bagi guru yang kurang mengerti pada kedudukan dan posisinya dalam sistem pendidikan, mereka pikir bila pembelajaran berpusat pada siswa, mereka hanya duduk diam saja, tanpa mengajar, hanya memberi soal-soal saja tanpa memberi pemecahannya. Tidak seperti ini. Menurut penulis yang namanya guru dalam pembelajaran modern ini adalah memiliki tugas yang berat. Karena guru di sini harus bisa mengarahkan dan membimbing siswanya untuk dapat berpikir kritis dalam menemukan pemecahan permasalahan dalam proses pembelajaran. Dan permasalahannya, membimbing dan mengarahkan adalah merupakan hal yang tidak mudah. Seorang guru harus memiliki pendekatan terhadap para siswanya agar siswanya tersebut dapat belajar secara mandiri sehingga tidak tergantung dari gurunya saja. Guru juga harus dapat membantu siswanya yang kesulitan dalam memecahkan permasalahn yang mereka hadapi. Dan di sini guru juga harus memiliki modal pengetahuan dan kecakapan yang lebih daripada siswanya karena bisa saja siswa-siswanya ini akan selangkah lebih maju dari guru itu sendiri, sehingga guru juga harus berusaha untuk belajar terus dan terus untuk mengimbangi perkembangan dari siswanya tersebut. Jadi di sini maksud dari siswa sebagai pusat pembelajaran adalah siswa merupakan subjek pendidikan di mana siswa dituntut untuk tidak tergantung dari gurunya. Harus mandiri karena di sini yang harus belajar adalah siswanya. Guru hanya memberi informasi dan pengetahuan secukupnya dan siswa diminta untuk dapat mengembangkan pengetahuan tersebut secara mandiri namun tidak melenceng dari dasar pembelajrannya tersebut.
2. Media
Media merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk mempercepat suatu proses pembelajaran. Di sini bisa merupakan alat yang berupa perangkat keras maupun suatu sistem atau cara.
Pada pembelajaran tradisional, media yang digunakan merupakan single media atau media tunggal. Menurut penulis yang dimaksud media tunggal di sini adalah media yang digunakan dalam proses pembelajaran hanya satu alat dan cara saja dan tak ada variasi. Biasanya dalam pembelajaran tradisional, media yang digunakan adalah guru itu sendiri. Maksudnya adalah, cepat lambatnya suatu proses pembelajaran tergantung dari gurunya itu. Guru juga merupakan suatu media karena guru juga merupakan sumber informasi bagi para muridnya, dan pada pembelajaran tradisional ini, semua informasi pengetahuan yang didapat siswa tergantung dari guru itu. Biasanya dalam pembelajaran tradisional, guru hanya menyampaikan materi secara monoton saja, sehingga pemikiran siswanya pun tidak berkembang. Biasanya menurut pengalaman yang penulis tulis yang dilakukan guru hanyalah menulis di papan tulis dan para siswanya menyalin ke dalam buku catatan. Apa yang diterangkan oleh guru hanya tergantung pada beberapa buku teks yang dianggap relevan. Sehingga buku yang menjadi pegangan para murid harus sama dengan buku pegangan yang dibawa oleh guru. Karena bila buku yang menjadi pegangan berbeda, bisa terjadi perbedaan informasi yang didapat karena banyak sekali isi dari buku satu dengan lainnya berbeda sehingga terkadang akan membingungkan siswanya. Sehingga di sini guru yang memutuskan. Atau mungkin yang lebih parah, guru hanya menerangkan kepada siswanya hanya menurut yang ada pada buku tanpa ada tambahan sehingga sebenarnya, tanpa guru menerangkan, siswa dapat membaca dan menggali pengetahuan itu sendiri dari buku.
Sedangkan pada pembelajaran modern, media yang digunakan adalah multimedia. Tidak hanya berkutat pada satu media tetapi juga pada beberapa media lain yang dapat mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran. Pada zaman multimedia kini, siswa tidak hanya tergantung pada guru saja. Ada banyak media yang bisa siswa gunakan untuk menunjang proses pembelajarannya. Selain buku yang menjadi pegangan kebanyakan dari guru, siswa juga dapat mengakses informasi dan pengetahuan dari buku-buku lain, juga dari televisi dan sekarang ini yang lebih sering digunakan adalah mengakses informasi melalui internet. Di sana terdapat banyak pengetahuan yang mungkin belum pernah diajarkan oleh guru. Selain itu di dalam kelas juga, guru tidak hanya dapat menyampaikan materi secara lisan maupun tertulis saja. Namun, penyampaian pengetahuan yang akan mempengaruhi kecepatan siswa dalam memahami pengetahuan yang disampaikan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Zaman sekarang sudah ada laptop dan LCD proyektor serta berbagai software yang dapat digunakan untuk memperjelas dan membantu guru agar dapat menyampaikan materi secara detail. Oleh karena itu, menjadi guru haruslah senantiasa belajar untuk mengimbangi dengan perkembangan zaman karena zaman semakin maju dan pemikiran manusia juga semakin maju.
3. Bentuk kerja
Pada pembelajaran tradisonal menggunakan cara isolated work. Jadi di sini menurut penulis yang dimaksud dengan isolated work adalah di mana cara para siswa dalam belajar adalah dengan belajar sendiri-sendiri atau bersifat individual. Sehingga tak ada tukar informasi antara mereka. Para siswa belajar secara individual sehingga mereka hanya bergantung pada kemampuan mereka masing-masing. Siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi akan egois dan menggunakan kemampunnya sendiri untuk kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan temannya. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan yang kurang akan kesulitan. Dalam hal ini, guru tidak memiliki usaha untuk memberi pekerjaan yang sifatnya kelompok karena penilaian kelompok mungkin dirasa kurang adil. Sehingga tugas yang diberikan oleh guru adalah tugas yang sifatnya adalah individual. Para siswa dituntut untuk memecahkan permasalahannya secara mandiri tanpa adanya kerja sama. Penulis berfikir cara seperti ini mungkin akan menguntungkan siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi karena di sini kemampuan setiap siswa dapat dibedakan dengan mudah menurut hasil yang mereka peroleh. Namun, bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi ini, juga ada kerugiannya. Karena mereka hanya mengandalkan kemampunnya sendiri tapa ada masukan lain sehingga apa yang mereka peroleh terkadang sedikit kurang memuaskan karena terkadang, dalam memecahkan masalah kita juga membutuhkan pertimbangan yang bersumber dari luar diri kita. Begitu pula dengan siswa yang kemampuannya kurang. Tidak mudah untuk memecahkan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain.
Perubahan yang terjadi pada pembelajaran modern adalah mengutamakan kerjasama. Ada beberapa model pembelajaran koperatif yang dapat guru terapkan untuk melaksanakan cara belajar dengan collaborative work ini. Collaborative work adalah suatu pembelajaran di mana siswanya dituntuk untuk memecahkan suatu permasalahan dengan cara kerja sama (kolaborasi). Hal paling mudah yang dapat guru terapkan dalam kelas adalah diskusi. Jadi di sini siswa dibagi menjadi grup atau minimal satu kelompok dua orang. Lalu mereka diberi sebuah permasalahn dan pemecahannya harus dikerjakan secara kelompok. Cara belajar ini cukup efektif bila setiap anggota kelompok dapat menymbangkan atau beraspirasi dalam memecahkan masalah. Namun, hal ini tidak akan efektif bila hanya beberapa anak saja yang memiliki andil. Terkadang dalam satu kelompok ada beberapa anak yang tak mau berdiskusi dan hanya mengandalkan pada satu orang saja untuk memecahkan masalah. Sehingga akhirnya yang terjadi juga pemecahan masalah dari satu orang dan akhirnya kembali ke individualisme bukan kerja sama lagi. Tampak dari luar memang seperti kerja sama, namun kenyataannya hanya beberapa bahkan hanya satu anak yang memiliki peran. Parahnya lagi bila ada dalam anggota suatu kelompok dan yang paling dominan adalah siswa yang egois. Maka, hasilnya malah jadi pemaksaan. Jadi di sini guru harus pintar ddan terampil dalam mengawasi siswa-siswanya dalam melakukan kegiatan pembelajaran kooperatif maupun diskusi. Agar apa yang mereka peroleh dari hasil belajar mereka adalah benar-benar dari hasil mereka bertukar pikiran. Bukan hanya dari satu atau beberapa siswa saja. Di sini juga dituntut agar siswa yang biasanya kurang pede dan minder serta pendiam dapat mengemukakan pendapatnya dalam forum kerja sama.
4. Informasi
Pada pembelajaran tradisional, salah satu sifatnya adalah information delivery yaitu penyampaian informasi dari salah satu pihak. Di sini pihak yang dimaksud adalah guru. Jadi dalam pembelajaran tradisional, informasi hanya bersumber dari guru. Guru menyampaikan informasi tentang pembelajaran kepada siswa dan siswa menerimanya. Jadi di sini, siswa hanya pasif dan guru yang aktif. Siswa tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan ide yang berupa informasi karena dalam pembelajaran tradisional, informasi ini mutlak dari guru. Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa informasi yang hanya berasal dari guru saja akan memiliki kelemahan. Hal ini disebabkan karena belum tentu informasi yang disampaikan oleh guru selalu benar. Ada kalanya guru yang juga seorang manusia akan melakukan suatu kesalahan yang tak dapat dihindari. Akibatnya, siswa yang menerima informasi akan menjadi salah dalam meneriman kebenaran informasi yang ia dapatkan. Dan, adanya perbedaan informasi yang siswa temukan tentunya akan menyebabkan kebingungan dan ambigu di kalangan para siswa.
Pada pembelajaran modern, sifatnya adalah information exchange atau dalam istilah bahasa Indonesia adalah pertukaran informasi. Berbeda dengan pembelajaran tradisional di mana informasi berasal dari guru saja. Dalam pembelajaran modern terjadi pertukaran informasi antara guru dan siswa. Jadi, informasi tidak hanya berasal dari guru saja. Dalam hal ini, guru di dalam belajar mengajar akan memberi informasi mengenai suatu materi pelajaran yang dipelajari kepada para siswa. Dalam kesempatan ini, siswa boleh saja menyampaikan kritik atau saran, bahkan mungkin informasi yang terbaru mengenai materi tersebut kepada sang guru, sehingga guru juga bertambah pengetahuannya. Dalam era global ini, sangatlah mudah bagi kita dalam mengakses ilmu pengetahuan yang ada. Bisa kita mengakses berbagai ilmu yang relevan dari internet. Atau mungkin, kita dapat bertukar informasi dengan teman dunia maya kita, sehingga pengetahuan yang kita peroleh akan berkembang. Guru pun juga harus demikian, sebagai guru yang berkembang, harus dapat menyesuaikan dengan zaman. Kita sebagai guru janganlah suka menang sendiri. Karena menurut pengalaman ada beberapa guru yang tak mau dikritik dan berpegang teguh bahwa dirinyalah yang benar. Guru juga harus selalu mencari informasi tentang berbagai pengetahuan terkini untuk menambah wawasannya, agar tak kalah dengan siswanya yang tentunya sudah memanfaatkan berbagai fasilitas yang sudaj modern dan berteknologi tinggi. Selain itu, guru juga harus mau bertukar informasi dengan para siswanya, menelaah berbagai pengetahuan yang masih dipertanyakan kebenarannya. Hal ini juga sangat bermanfaat bagi perkembangan mental siswa. Mendidik siswa untuk mau belajar mandiri, namun tetap dalam pengawasan guru.
5. Cara berpikir
ada pergeseran antara cara berpikir dalam pembelajaran tradisional dan modern. Dalam pembelajaran tradisional, menekankan pemikiran yang sifatnya factual, knowledge-based learning. Jadi di sini penekanan pada pengetahuan yang kita pelajari adalah pada fakta di mana pembelajaran ini berdasarkan pada suatu pengetahuan. Kebanyakan pada pembelajaran tradisional hanya mementingkan aspek pengetahuan yang bersifat faktual saja yang umumnya sudah ada sebelum kita lahir, yang sudah dikemukakan oleh ahli-ahli pada zaman dahulu. Kebanyakan pembelajaran yang dilakukan adalah text book. Begitu pula dengan soal-soal yang dikeluarkan hanya bersumber dari buku-buku yang memuat suatu pengetahuan berdasarkan kurikulum lama. Jadi di sini, pembelajaran didasarkan pada pengetahuan. Hanya pengetahuan saja yang diutamakan. Istilah sekarang adalah aspek kognitif. Jadi, penilaian pun juga hanya pada pengetahuan yang dimiliki oleh siswa saja. Tak peduli bagaimana siswa itu mendapatkan hasil tersebut, yang penting adalah kenyataan bahwa siswa tersebut dapat mengerjakan soal sesuai buku. Terkadang siswa hanya menghafal apa yang ada di dalam buku atau apa yang dicatatkan oleh gurunya. hal ini menyebabkan informasi dan pengetahuan yang siswa pelajari tidak awet dalam ingatannya karena mereka hanya menghafal saja tanpa memahami. Padahal yang terpenting dalam pembelajaran adalah kita memahaminya, sehingga tanpa menghafal pun, siswa tetap ingat akan apa yang dipelajarinya.
Berbeda dalam pembelajaran modern yang kini sudah mengalami perubahan. Dalam pembelajarn modern yang diutamakan adalah critical thinking ang informed decision making. Jadi, dalam pembelajaran modern, yang diutamakan adalah agar siswanya dapat berpikir secara kritis dan juga belajar untuk membuat suatu kesimpulan (keputusan) atas informasi atau pengetahuan yang ia peroleh dalam belajar. Siswa dituntut untuk memahami mengenai suatu pengetahuan, tidak sekedar menghafal saja. Kemudian, tidak hanya memahami saja, siswa juga harus dapat menjelaskan mengenai suatu permasalahan dalam pembelajaran yang bersumber dari ide pikirannya sendiri. Jadi di sini adanya diskusi sangatlah penting untuk memacu kerja siswa untuk berpikir. Guru dapat memberikan suatu permasalah kepada siswanya. Kemudian guru dapat meminta siswanya untuk mendiskusikan masalahn tersebut dan menemukan pemecahannya. Jadi di sini, guru sudah melatih siswa untuk dapat berpikir kritis. Sehingga siswa tidak hanya bergantung saja pada buku atau guru, namun dapat menemukan penyelesaian masalahnya sendiri. Hal ini sangatlah penting untuk perkembangan mental siswanya. Tidak hanya aspek kognitif saja yang menjadi perhatian, namun sikap juga diperhitungkan dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia diduga masih banyak yang menerapkan sistem pembelajaran model lama. Model pembelajaran yang menempatkan guru dan murid dalam posisi jomplang (Jawa = tidak seimbang). Guru dianggap lebih pintar, lebih berkuasa, lebih berpengalaman, lebih berpengetahuan dari pada muridnya.
  • STIGMA PEMBELAJARAN
Posisi guru dan murid yang tidak seimbang telah menyebabkan timbulnya stigma-stigma negatif, yakni:

Pertama, mengisi wadah kosong (empty vessel), atau oleh Davis (dalam Suparno, 2008) disebut sebagai model the fountain and the bowl. Proses pembelajaran identik dengan mengisi ilmu pengetahuan dari pihak Guru ke dalam otak murid. Apa yang dimiliki dan diisikan oleh guru ke pikiran murid, itu pulalah yang didapat oleh murid, tidak lebih, tidak kurang. Hasilnya adalah murid - murid yang picik, sempit wawasannya.

Kedua, selembar kertas putih. Stigma ini didasari pandangan John Locke (1632-1704), seorang anak (dibaca=murid) diibaratkan seperti selembar kertas putih, kosong. Guru memiliki otoritas untuk menulisi, menggambari, mewarnai kertas tersebut. Murid tidak memiliki kesempatan melibatkan diri ikut menulisi, mengggambari dan mewarnai dirinya sesuai dengan yang ia inginkan. Beruntung murid yang mendapatkan Guru yang cerdas, kreatif, dapat menorehkan tulisan yang bermakna, menggambarkan gambar yang hidup dan mengoleskan warna-warni yang semarak dan indah. Sebaliknya murid yang mendapatkan Guru yang tulisannya amburadul, sembrono semaunya sendiri, gambarnya acak-acakan, tidak berbentuk, warna-warninya monoton, maka muridlah yang menjadi korban.

Ketiga, pemelajaran sistem Bank (Paulo Freire 1921-1997). Dalam proses pemelajaran sistem Bank, pekerjaan Guru hanyalah memasukkan, menitipkan bahan pelajaran ke dalam otak murid, suatu ketika akan diambil lagi. Tugas utama murid hanyalah menerima dan menyimpan fakta, data dan rumus. Murid wajib memastikan apa yang disimpan Guru di dalam otaknya aman, tak boleh berkurang. Untuk itu, satu-satunya usaha murid adalah menghafalkannya, sewaktu-waktu Guru mengambilnya lagi dapat mengeluarkannya persis seperti sang Guru kehendaki, yaitu saat test dilaksanakan.

Keempat, pemelajaran sistem robot. Robot dapat bergerak dan berbunyi kalau di dalamnya dimasukkan program tertentu. Selanjutnya robot akan bergerak kalau tombol remote ditekan. Pada proses pemelajaran sistem robot, Guru berperan sebagai tukang memasukkan program ke dalam otak murid, berupa kurikulum dan materi. Si murid tak tahu menahu dan tidak dapat menolak program macam apa yang dimasukkan ke dalam otaknya. Ketika remote ditekan (saat ujian) dan ternyata gerakan atau bunyi robot tak sesuai program (kunci jawaban) milik Guru, sang robot (siswa) pasti disalahkan.
  • DARI TEACHING KE LEARNING

Sejauh stigma tersebutkan di atas masih eksis dalam proses pembelajaran, maka sekolah identik dengan tempat pemasungan potensi atau pembodohan. Stigma harus dihapus, diganti dengan model pemelajaran moderen di mana guru dan murid didudukkan dalam posisi yang seimbang.

Seperti ditegaskan oleh UNESCO dalam World Education Forum, bahwa paradigma proses pemelajaran abad 21 harus berubah yakni dari kegiatan mengajar (teaching) menjadi kegiatan belajar (learning). Dalam konteks ini guru merupakan bagian dari proses pembelajaran, Guru dan murid belajar bersama, saling memberi dan mengisi.

Agar teaching berubah menjadi learning maka guru harus melakukan perubahan dalam proses pembelajaran.

1. Dari yang hanya berorientasi kepada teks (textbook oriented) dirubah kepada penyediaan sumber-sumber belajar yang bervariasi dan tak terbatas (borderless and variuos resources). Penyediaan akses informasi seperti media pembelajaran elektronik dan internet menjadi tuntutan utama bagi sekolah-sekolah yang hendak memelajarkan peserta didiknya berwawasan luas dan dapat mengikuti perkembangan informasi terkini.

2. Mengubah proses pemelajaran dari perseorangan (individual) menjadi kerja kelompok (teamwork). Memperbanyak porsi kerja kelompok sepanjang proses pemelajaran akan meningkatkan peserta didik mendapatkan variasi pengetahuan dari siswa lain, juga berkembangnya ketrampilan komunikasi, kerja sama, dan terbuka terhadap pendapat orang lain.

3. Mengubah proses pemelajaran dari siswa pasif (student pasive) ke siswa aktif (student active). Siswa aktif lebih besar kemungkinan baginya untuk tumbuh-berkembang sesuai potensinya. Aktif di sini tak selalu diartikan secara fisik, melainkan aktif secara mental intelektual, di mana peserta didik merasa tertantang, dan penasaran untuk terus berpikir dan belajar berkelanjutan.

4. Dari hanya menerima pengetahuan (received knowledge) ke membangun pengetahuan (constructive knowledge). Guru sadar, sejatinya pengetahuan tak bisa diberikan begitu saja kepada peserta didik. Ia sendiri akan membangun ilmu pengetahuan itu berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya. Tugas utama Guru memberikan stimulasi dan menciptakan lingkungan belajar tempat siswa membangun pengetahuannya sendiri.

5. Dari instructive ke interactive. Pada dasarnya setiap peserta didik tidak suka untuk di suruh-suruh atau di’gurui’. Mereka lebih senang dilibatkan dalam relasi yang interaktif, baik dengan guru ataupun sesama murid. Mereka memiliki ruang mengaktualisasikan apa dipahaminya.

Dengan mengubah proses pembelajaran, ruangan kelas dan lingkungan sekolah dengan sendirinya menjadi komunitas manusia (guru-siswa) yang saling memelajarkan satu terhadap yang lain atau yang disebut kelompok masyarakat pembelajar (learning society). 


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah yang buat adalah bahwa terjadi pergeseran pada paradigma pembelajaran.
1. Peran guru telah berubah dari sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar. Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
2. Peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
B. Saran
Dalam hal ini, adanya pergeseran paradigma dari pembelajaran tradisional menjadi pembelajaran modern akan menimbulkan suatu perubahan dalam hal pembelajaran. Oleh karena itu, untuk menujudkan pembelajaran yang berkualitas, haruslah ada kerja sama yang baik antara guru, siswa dan pihak-pihak lain yang bersangkutan.
maav teman2 jika data yang saya posting kurang lengkap dikarenakan susahnya pembahasan masalah web edukasi dan elearning.

0 komentar: